Kutipan Penting (Suhokgie)
Kutipan-kutipan dari catatan harian Soe hok gie
|
Soe hok gie |
- Kami
jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah
manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak
mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat
mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai
tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama
rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus
berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik
gunung.
- Pertanyaan
pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab
bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi
seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi
ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
- Bagiku
sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang
kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi,
maka terjunlah.
- Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
- Nasib
terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda,
dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu.
- Bahagialah mereka yang mati muda. Saya
memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih
baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
- Mimpi
saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa
Indonesia berkembang menjadi ‘manusia-manusia yang biasa’. Menjadi
pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang
manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari
eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda
dan sebagai seorang manusia.
- Saya
ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil
keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu
didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani
menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan
tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan
apapun.
- Masih
terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau
ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas,
teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari
sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh
tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
- Bagiku
perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan,
terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis.
- Kita
seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang
berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
- Bagi
saya kebenaran biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada
kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan
kita.
- Potonglah
kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah
kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
- To be a human is to be destroyed.
- Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
- Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
- I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
- Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
- Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
- Saya
tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat
lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna
baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah
kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa
diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis
sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya.
Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada
anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
- Tak
ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa
apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan
pembangunan dunia yang lebih baik.
- Kehidupan
sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua
yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin
merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti
pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil …
orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.
- Sejarah
dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak
ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan
lahir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar